Luna dan Chunli adalah dua anjing Malamute yang sudah bersahabat sejak kecil. Mereka selalu bermain bersama, berbagi makanan, dan bahkan tidur berdampingan. Namun, hari itu ada sesuatu yang berbeda. Mereka **marahan**.
Semua bermula saat majikan mereka membawa pulang sebuah **mainan baru**—bola karet berwarna merah yang bisa berbunyi jika digigit. Begitu melihatnya, Luna langsung melompat kegirangan.
“Wow! Aku yang main duluan!” serunya sambil menggigit bola itu.
“Tunggu dulu! Kenapa harus kamu duluan? Aku juga mau!” protes Chunli.
“Karena aku lebih besar, jadi aku dulu!” jawab Luna, memamerkan tubuhnya yang memang lebih besar dari Chunli.
Chunli mengerutkan dahi. “Tapi aku lebih cepat! Aku bisa merebutnya kapan saja!” katanya, lalu langsung melompat dan berusaha menarik bola itu dari mulut Luna.
Luna tidak mau kalah. Ia menggigit bola lebih kencang, membuatnya berbunyi “squeak! squeak!” dengan suara nyaring. Mereka pun mulai tarik-menarik bola itu.
“Lepasin, Luna!”
“Kamu aja yang lepasin, Chunli!”
Mereka saling tarik, saling dorong, dan bahkan berputar-putar di taman. Hingga akhirnya, **“POPP!!”** Bola itu pecah!
Mereka langsung terdiam. Hanya sisa karet bola yang robek tergeletak di tanah. Luna menatap Chunli, Chunli menatap Luna. Lalu mereka sama-sama mendengus, membalikkan badan, dan pergi ke arah berlawanan.
Hari itu, **perang dingin** dimulai.
Saat makan siang, biasanya mereka makan bersebelahan. Tapi kali ini Luna sengaja duduk jauh di sudut ruangan, sementara Chunli berpura-pura tidak peduli. Saat waktunya tidur siang, mereka biasanya tidur berdampingan. Tapi kali ini Luna tidur di sofa dan Chunli memilih tidur di lantai, meskipun lantainya lebih dingin.
Majikan mereka sampai bingung melihat tingkah anjing-anjingnya. “Ada apa sih dengan kalian?” tanyanya, tapi tentu saja tidak ada yang menjawab.
Hari kedua, mereka masih marahan. Saat berjalan di taman, mereka tetap diam-diaman. Biasanya, mereka berlomba siapa yang bisa mengejar kupu-kupu lebih dulu. Tapi kali ini, Chunli pura-pura tidak tertarik, sementara Luna malah sengaja melihat ke arah lain.
Hari ketiga, keduanya mulai merasa **bosan**. Tidak ada yang seru tanpa sahabatnya. Tapi mereka masih gengsi untuk meminta maaf lebih dulu.
Sore itu, tiba-tiba **hujan turun**.
Chunli yang sedang duduk di teras melihat Luna masih berada di halaman. “Huh, biarin aja. Dia bisa masuk sendiri,” gumamnya, tapi matanya tetap mengikuti Luna.
Luna sebenarnya juga sadar hujan mulai deras, tapi ia tetap duduk di tengah halaman. “Aku nggak mau masuk dulu. Aku masih marah!” pikirnya.
Tapi semakin lama, hujan semakin deras. Chunli mulai gelisah. Ia melirik Luna yang mulai basah kuyup.
“Ah, sudahlah! Dia sahabatku juga!” akhirnya Chunli berlari keluar, menerjang hujan.
Luna kaget melihat Chunli datang. “Hei, kenapa kamu ke sini?” tanyanya.
“Karena kamu keras kepala!” jawab Chunli sambil menggelengkan kepalanya, membuat bulunya yang basah berantakan.
Luna menunduk, lalu tertawa kecil. “Aku kangen main sama kamu…” gumamnya.
“Aku juga…” jawab Chunli.
Tanpa banyak bicara lagi, mereka berdua langsung berlari menuju rumah sambil tertawa. Saat masuk, mereka menggoyangkan tubuhnya untuk mengeringkan bulu mereka—dan malah membuat majikan mereka basah kuyup.
“Kalian ini kenapa tiba-tiba akur lagi?” kata majikan mereka pasrah.
Luna dan Chunli hanya saling pandang, lalu tertawa bersama. Mereka lupa kenapa awalnya bertengkar, yang mereka tahu adalah—**tidak ada yang lebih menyenangkan daripada bermain bersama sahabat sendiri.**
#Luna #Chunli #AnjingMalamute #GiantMalamute #AlaskanMalamute #CeritaLucuAnjing #PersahabatanAnjing #AnjingHobiBermain #AnjingMarahan #AnjingBertengkar #AnjingKocak #AnjingSahabatSetia #CeritaAnjing #AnjingDanHujan #KisahPersahabatanAnjing #AnjingGemas #CeritaHewanLucu